Yogyakarta, 7 Februari 2025 – Dalam rangkaian kegiatan Pelatihan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), SD Negeri 1 Ungaran Kota Yogyakarta mengadakan simulasi gempa bumi dengan skenario berkekuatan 7 Skala Richter (SR). Tujuan simulasi ini adalah meningkatkan kesiapsiagaan seluruh warga sekolah dalam menghadapi kemungkinan terjadinya gempa bumi. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 5 hingga 7 Februari 2025.

Selama dua hari pertama, para peserta yang terdiri dari kepala sekolah, guru, satpam, serta perangkat sekolah lainnya mengikuti berbagai sesi pelatihan. Materi yang diberikan mencakup pengenalan umum tentang bencana, konsep SPAB, latihan evakuasi, penanganan darurat, serta penyusunan rencana mitigasi. Pelatihan ini dibuka secara resmi oleh Sudarmadi, S.Pd., Kepala SD Negeri 1 Ungaran, yang menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan berharga ini. “Pelatihan ini sangat penting untuk meningkatkan keselamatan seluruh warga sekolah,” ujarnya. Hadir pula Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori, S.E., M.Si., yang menegaskan pentingnya SPAB dalam melindungi warga sekolah dari potensi bencana. Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta, Drs. Nur Hidayat, M.Si., menambahkan bahwa pelatihan seperti ini masih jarang, sehingga sekolah terpilih diharapkan memanfaatkannya dengan optimal.

Dr. Zela Septikasari, M.Sc., M.Pd., yang menjadi fasilitator sekaligus narasumber, memaparkan materi mulai dari konsep dasar bencana hingga implementasi SPAB di lingkungan sekolah. Diskusi aktif mewarnai sesi ini, dengan para guru menyusun rencana penanggulangan bencana sesuai kondisi sekolah mereka. Berdasarkan kajian risiko yang dilakukan selama pelatihan, SD Negeri 1 Ungaran memiliki tiga potensi bencana: gempa bumi, erupsi gunung, dan pandemi COVID-19. Mengingat dampak besar gempa bumi tahun 2006 di Yogyakarta, ancaman gempa bumi menjadi prioritas utama. Meski demikian, kapasitas sekolah dalam menghadapi bencana dinilai cukup tinggi.

Para peserta pelatihan dibagi menjadi kelompok kerja untuk meningkatkan kapasitas dan mengurangi kerentanan. Kelompok rencana aksi struktural bertugas merancang penguatan infrastruktur fisik sekolah, sementara kelompok non-struktural menyusun program peningkatan kapasitas warga sekolah, seperti pelatihan, simulasi bencana, dan edukasi berkelanjutan. Salah satu hasil penting dari pelatihan ini adalah pembuatan denah evakuasi yang dipimpin oleh Fauzan Irsandi Saputra, S.Pd., Ketua Tim Siaga Bencana Sekolah. Ia menjelaskan bahwa lapangan utama sekolah ditetapkan sebagai titik kumpul akhir dalam skenario evakuasi gempa bumi, dengan pintu gerbang utama sebagai jalur keluar utama.

Pada hari kedua, para guru merancang rencana aksi dan skenario simulasi, serta menunjuk koordinator tim seperti tim peringatan tanda bencana, tim data dan informasi, tim kesehatan, tim perlengkapan dan logistik, tim keamanan, tim evakuasi, dan tim psikososial. Gladi simulasi atau latihan pra-simulasi dipandu oleh Muhamad Irfan Nurdiansyah, Silfani, dan Muhammad Iqbal Nafi Amru.

Hari terakhir pelatihan diisi dengan simulasi gempa berskala 6,8 SR. Simulasi dimulai dengan suara gempa, diikuti oleh sirine tanda bahaya yang dibunyikan oleh tim peringatan tanda bencana. Para guru segera mengarahkan siswa untuk berlutut dan melindungi kepala menggunakan tas atau masuk ke bawah meja. Setelah suara gempa berhenti, siswa diarahkan menuju titik kumpul dengan tenang.

Setelah seluruh warga sekolah berkumpul di titik aman, tim data dan informasi melaporkan bahwa ada 24 siswa yang belum berada di titik kumpul. Ketua Tim Siaga Bencana Sekolah langsung memerintahkan tim evakuasi untuk mencari dan menyelamatkan mereka. Sementara itu, tim kesehatan memberikan perawatan kepada siswa yang mengalami luka ringan, tim perlengkapan dan logistik mendirikan tenda serta menyediakan kebutuhan logistik, tim keamanan menjaga situasi tetap kondusif, dan tim psikososial bersiap memberikan layanan dukungan serta mendirikan sekolah darurat.

Simulasi ini berlangsung dengan serius dan melibatkan seluruh warga sekolah. Sebanyak 24 siswa diberi makeup menyerupai korban luka yang harus dievakuasi oleh tim siaga. Dalam simulasi ini, fasilitator tidak mendampingi secara langsung, sehingga Tim Siaga Bencana Sekolah menjalankan tugas seolah menghadapi bencana nyata.

Kegiatan pelatihan ini menghasilkan dokumen Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) untuk SD Negeri 1 Ungaran. Dokumen tersebut memuat panduan lengkap mengenai prosedur penanggulangan bencana di sekolah. Diharapkan dengan adanya dokumen ini, seluruh warga sekolah lebih siap menghadapi berbagai potensi bencana. Guru dan siswa diharapkan mengetahui langkah evakuasi serta tindakan yang harus dilakukan demi menjaga keselamatan semua pihak. “Antusiasme dan keseriusan peserta pelatihan luar biasa. Saya yakin hasil pelatihan ini akan memberikan manfaat besar dalam meningkatkan kesiapsiagaan sekolah,” ungkap Dr. Zela Septikasari di akhir kegiatan. Dengan pelatihan ini, SD Negeri 1 Ungaran kini memiliki landasan kuat untuk menjadi sekolah yang lebih aman dan tangguh terhadap bencana.

By Redaksi Klik Bencana